Senin, 28 September 2009

Hiasan Kata Tak Punya Harga












Aku lenyapkan rasa dari setiap kata yang ditata oleh lidah
Agar murni hatiku dapat berbincang dengan Mu
Bila kembali hatiku digiring oleh dunia Mu yang gelisah
O, kumohon ...
Sentuh mataku agar berpaling dari cinta yang palsu.

Risalah Airmata Bumi dan Bulan














Langit punya hujan untuk membasahi persada
Bintang punya cah'ya untuk menerangi dunia
Tapi aku tak punya apa-apa
Aku hanya punya hati lebih manis daripada gula
Kuseduh dengan teh wangi untukmu
Sahabat tercinta

Kuharap kalam yang hadir dari hatimu adalah puisi
Sehingga tegursapamu menjadi senyum abadi
Dari matamu kurangkai warna bak pelangi
Yang merentang kalimat bagai sayap para dewi

Hari ini telah kuberi tirai pada cah’ya mentari
Agar teduh langkahmu menapaki bumi
Bila dahaga mencegah bibirmu tuk menyapaku hari demi hari
Ambil darahku,
Seduh ia jadi kopi surgawi
Agar hangatkan gemigilmu bersama datangnya pagi

Serunai Di Bawah Rembulan Dini Hari














Seberat apa beban yang jatuh dipundakmu ?
hingga kau bergumam di dalam sunyi
bagai serunai dibawah rembulan dini hari.

”Apakah Kalam Abadi yang telah Dia amanahkan
sehingga tugasmu berupa kewajiban menyampaikan firman ?" *

“Ataukah engkau telah diundang kegunung Tursina
untuk menyaksikan api membara diranting pepohonan ?” **

“Atau engkau dihantui mimpi malam
agar membawa anakmu keatas altar pengorbanan ?” ***

Jika pedihmu tak seberat tugas para utusan
Maka jangan merasa bahwa engkau sendirian

Hatiku disini menjengukmu setiap pagi

Jika dukamu musabab luka kehilangan
Gamit tanganku agar tak kau rasa pedih perpisahan

Hatiku disini menyertaimu setiap malam

Jumat, 25 September 2009

Segala Kebingungan Akalku Yang Dangkal




Lumba-lumba ditengah sawah .....
Tengah sawah banyak lumpurnya ....
Coba-coba kanda bersumpah ....
Tapi .... ngapain ya, koq ada lumba-lumba ditengah sawah ?
(Mmm ... maap, ... pantun nie masih M'mbingungkan ... )




Aku sudah bertanya tentang kamu kepada Awan, kepada Angin, kepada Rembulan ...
Ternyata yang tau alamat rumahmu ya Pak RT ...


Aq pengen mengirimkan seluruh cintaku kepadamu,
Sayangnya Pak Post bilang itu terlalu besar ..


Siang bukan berarti malam .....
Putih bukan berarti hitam ....
Makan bukan berarti puasa
Diam bukan berarti ogal-ogel ...
(Nie puisi kelas buerrat !) Sip .. sip ...


Kalo ada sumur di ladang ....
Itu pasti bukan sumurku ....
Coz, seingat aq sie, aq ga perna biqin sumur di ladang ...
Swear ... Aq ga bersalah .....
Sumur itu bukan aq yang biqin .....
Bener ! ...
Ampuni Aq ... !


Engkau bisik namaQ di angin malam .... Engkau lukis wajahQ dicah'ya rembulan .... Mengapa ? .... jawablah .... Atau Aq cabuti rambutmu ....


Kitna Hashen Cehra ..... Kitseen mya terahe .... Hoga Pyar hadera ..... Nere hinem delwale ..... (Nie Pribahasa Plng Beken D'India Sana ! Cmn Aq CnDri Gak Tau Pa Artinya ....)


Kau minta aq M'nulis Puisi N Sajak indah ? .... Maap, ... aq sdh tak punya airmata tux kujadikan tinta guna menuangkan rasa ynx sarat nestapa kedalam larik kata berirama .... Mgp kau tak memintaku berbagi canda dan melepas tawa ? .....
Rasanya, ... engkau memang suka bila aq tenggelam dalam duka ....


Kulihat senyummu di dahan cemara ...... Kubelai rambutmu di bunga kamboja ..... Kupandang kumismu di duri-duri kaktus ...... Kutatap kupingmu dipucuk-pucuk pinus ...... O, engkau mengalahkan hutan rimba ......


Subuh Telah Berganti Pagi ..... Jalan masih tetap sunyi .... Brati aman ga ada apa-apa .... Ya udah ... Aq bobok Lagi ....


Ingin rasanya aku Kembali Ke Pangkal Jalan .... Kar'na semakin Jauh terasa Semakin Menyesatkan .... Heeeey ... Ada Yang Bawa senter Ngga' ?! Help Me, Donk .....


Maap, hari ini Ga ada sTatus ynx bagus ynx bisa Aq tuLiskan. Masing2 silakan nulis statusX cdnri2.
N Gak usah dikomentarin cndiri. Biar dunia nie aMan, N Tentrem jugah. Gak bising gitue ....
Oke Yach ?! C'pakat ?!


Pergilah keluh, kutak mau berteman dengan'mu
Lenyaplah kesah, kau bukan takdirku
Hilanglah, Aku sulap kau jadi kodok !


Silahkan engkau tertawa Sepuas hatimu
Ku takkan pernah berpaling karena hinaan itu.
Sepanjang hayatku ini,
aq hanya menoleh karena tawaran traktiranmu !
Am Choli, Plen .... !


Semoga qm tau ....
aq jg perna ketawa saat berpisah dengannya,
Karena sekali lagi “cinta tak harus memiliki”
lebih-lebih jika isi dompetmu habis !
Oh .... mohon jauhilah aq,
Pleeeees ....!


Aq berikan padamu nirwana, Engkau balasi Aq petaka .....
Aq luaskan untukmu angkasa, Engkau berikan padaku gerhana .....
Aq suguhkan kedepanmu Martabak ! ....
Baru Qm nyengir ! .... (Kelaperan ya, Coy ?!)


Kemarin engkau bernyanyi tentang duka lara .....
Hari Ini engkau bernyanyi tentang nestapa ....
Aq ngga' kuaat .... Kutabok kamu sampe pingsan ! ...
Rasain, Lo !


Sekuntum Kembang melati.
Sepasang burung kenari.
Segelas Teh Poci.
Sekardus Supermie. ..................................
Udah ! .....
Beli apalagi, Mas ?!
Biar Aq gak Mondar Mandir ...... ! Cape' !


Telah Lama KuJiLati Laut Kita ...
Asinnya Cuma Tinggal Seujung Lidah ....
Kurang garam nich, laut !!


Sebab apa gelombang samudra membeku tak bergelora ?
Semilir anginpun hening tak berbicara ....
Jika begini, lebih baik kau kemas harapan cinta ....
Pake kemasan Hard Cover 50 ribu .....
Kemasan Soft Cover 35 ribu ....
Bayar dikasir !


Subuh hening berkabut remang,
Bulan pucat kesepian,
Mentari sembunyi di sisa malam, ...............
Hey ! Ada yang menggigil pulas di pinggir jalan !


* * *

Haiku Pernikahan


Detik berganti hari.
Semak t'lah jadi duri.
Seabad lebih aku menanti

Senja berganti malam
Rindu cah'ya rembulan
Kupinang kau didepan Tuhan

Sekuntum bunga seruni.
Seikat cincin jemari.
Kan kuikat di dalam hati.
 

Segenggam cinta tanpa hasrat
Senampan rindu yang makin sarat
Mahar nikahku sepanjang hayat


Semilir hembus pawana
Gelisah malam gulita
Kupeluk engkau di dalam jiwa

Tiggi nian pohon cemara.
Hijau pupus rumput tetangga.
Hatiku tidak mau tergoda.

Setangkai kembang melati.
Setangkup bulir padi.
Kubawa janji sampai kemati.

Senyap diruang malam
Pucat wajah rembulan
Hanya engkau yang kurindukan

Lenyap cah'ya mentari
Gelap dimuka bumi
Cinta kubawa kekal abadi

Sewindu masa remaja
Setonggak batu pusara
Kutunggu kau ditaman surga

* * *

M. Syarif Kh.


Kamis, 24 September 2009

Pantun Dalan Bahasa Jawa


Ireng-ireng lorek-lorek
Ampyang ketan dirubung semut
Yen kepareng kawulo ndhrek
Pejah gesang kulo nggih tumut


Sawunggaling wayang kuno
Sing digawe kayune jati
Yen eling dang sambangono
Ojo gawe gelaning ati


Lelene mati ditutuk
Gowo mrene tak sujanane
Yen merene ra nate petuk
Ndang merene tak entenane


Putih-putih kembang randu
Wong sing abang kembang palase
Ati seddih nang awak kuru
Kelingan bocah ayu rupane


Murak cipir ngrambat kawat
Godong bendho kintir ning kali
Gak mampir mek ketok liwat
Yo wis lego rasa ning ati

Dinadimu Darahku Tertaut Mengalir




Engkau sahabatku
dinadimu darahku tertaut mengalir
 

Kumohon jangan berduka di rumahku
Karena airmata yang menetes diwajahmu
Setara luka bernanah dalam hatiku
 


Aku bersumpah dan dengarkanlah,
Jika bumi melukai kakimu

kubuat punggungku alas bagi langkahmu

Nasib




Dedaunan itu kemarin luruh disentuh matahari
rerumputan menerimanya seperti tilam katun
Dia yang berbaring pasrah diatas tanah Tuhan
kembali pada awal sejati kehidupan.



Mati adalah rahasia di inti keberadaan
Sebagaimana nasib yang hanya digenggam
oleh telapak tangan Tuhan

Jika mata tak mampu memandang besaran bintang
dan akal tak mampu mengira kapan berhenti dia bersinar
Maka bagaimana manusia
dapat meramalkan kematian ?

Rabu, 23 September 2009

Baru Kemarin Dia Berpesta, Hari Ini Sudah Jenazah


 













Baru kemarin engkau menemaniku mabuk sampai sampai pagi
Tiba-tiba hari ini engkau telentang diatas keranda
Tak ada lagi aroma anggur pada bibrmu yang pucat pasi
Engkau di usung dipundak pelayat yang mengantar jenazah


Duhai,
apakah telah kau dapat seluruh cita-cita dunia sampai kau pastikan untuk menutup mata ?




Baru kemarin engkau hadir pada sebuah pesta pengantin
Tiba-tiba hari ini jasadmu terbujur tak berdarah berbau
Kami berdoa dan menangis atas kepergianmu
hanya selang sehari setelah engkau berdansa di pesta itu


Duhai,
Apakah engkau lelah dengan nyanyian sehingga kini memilih tidur di dalam makam ?




Baru kemarin engkau menjamu para pembesar istana
Tiba-tiba hari ini engkau berbaring sendirian layaknya pertapa
Lantas kemanakah para bangsawan dan relasi usaha ?
Yang selama ini engkau ceritakan dengan menepuk dada


Duhai,
Siapakah manusia yang ingin kau jumpai terakhir karena engkau kini akan berjumpa dengan Munkar dan Nakir ?




Baru kemarin engkau bangun pagi lantas berlari melahap siang
Tergesa datang ke pasar agar tak kehilangan secuilpun pendapatan
Engkau berdagang dengan para bangsawan demi setumpuk kekayaan
Lantas mengapa hari ini engkau memilih diam di tanah pekuburan ?


Duhai,
Jemukah engkau dengan rumah bertaman sehingga engkau memilih liang lahat yang gelapnya melebihi malam ?




* * *


Siapakah temanmu saat ini sahabat ?!
Berteriaklah dari dalam sana
karena aku kini sedang berada diatas pusara


Asal engkau tahu, yah ?!
Sssst .....
(Engkau akan berada di lubang gelap ini sampai akhir zaman tiba)
(Engkau akan sendirian disini sampai kelak engkau akan dikumpulkan kembali)
(Tapi rasanya Munkar dan Nakir juga akan menginformasikan hal itu kepadamu)


Oya ...
Tadi adikmu meninggalkan HP mu di dalam tanah sana
Semoga masih bisa digunakan
Paling tidak mintalah tolong kalau engkau dalam kesulitan
Aku nggak takut koq bales sms mu


Mmmmmmmh .....
Aku juga gak tahu kapan kita akan bertemu kembali
Daaaah ....
Hikz ........

Lekas Bawa Nyawa Ini Bersama Luka








Gelap sudah matahari di jiwaku
segala langkah menuju kasih-Mu
dihisap oleh bibir nafsu sekeras batu




O, kekasih hati
Bilakah datang Mu mencuci segenap perih duniawi.
Aku yang di dalam jiwa lumpuh oleh bujuk rayu dunia,
menikmati bara seperti menghisap gula
hingga yang tersisa hanya noktah semerah saga.

Lekas bawa nyawa ini bersama luka
kar'na hanya disepi Mu,
aku merdeka meraih sujud dan sembah.

Ingin Kutaruh Duduk Bersimpuh














Di bumi-Mu yang gemerlapan aku masih mencari cahaya
Karena sampah yang berlimpah ruah
menghijabi hati 'tuk melihat yang sebenarnya ada.
 


Apakah janji-Mu berlaku untuk pendosa ?
Aku malu menengadahkan wajah
Disaaat batinku lusuh bernanah

Jiwaku yang lusuh letih merapuh
O, Tuhan .....
Ingin kutaruh duduk bersimpuh
agar hening hatiku yang selalu gemuruh

Aku Menulis Untuk Telinga


Yang terentang antara engkau dan aku adalah makna
Bunyi yang “terlihat” dengan warna tak sama

Bila engkau kata samudra
Aku hampar bagimu angkasa
Lantas engkau tertawa
segera menyebutku gila !




Bagaimana engkau mengukur pawana
bila jarimu tak mampu menyentuh mega
Kala kusampaikan padamu dunia hampa
Engkau menudingku gila !

Anggapanmu langit berputar atas kepala
Lantas engkau sembah sebutir tanah
sebagai pusat alam semesta
Saat kubisikkan padamu, "Bumilah yang memutari surya",
Engkau mengejekku gila !

Karena aku menulis untuk telinga
Dan aku bicara kepada mata
Lantas engkau semua memanggilku gila !

Bawah bagiku adalah istana
Atas bagiku adalah keranda
Itu bagimu kekacauan matra
Dan itu bagiku pikiran merdeka

Tapi kau tetap memandangku gila !

Mendekatlah kemari hai Izrail


Mendekatlah kemari hai Izrail ...
mampirlah sejenak ke dalam hatiku yang dilanda sunyi ....
Aq mau meminta informasi ....

Apakah Tuanmu Yang Agung,
telah memberi titah untuk saat pertemuanku dengan Nya ?

Ssst .... pelan-pelan saja ...
Cukup bisikkan kedalam telingaku yang didalam batin


Dari pengembaraanmu yang panjang mencabut nyawa orang ...
mohon beritahu, siapakah yang paling ringan ?
Dia yang banyak memberi sedekah,
ataukah yang rajin sholat malam ?
Dia yang benyak memberi khutbah,
ataukah yang bertafakkur merenungi alam ?

Lantas bagaimana dengan yang seperti aku ini ?
yang sejak belia telah dirajam oleh duka .....
oleh luka yang tak kunjung jua terbeli obatnya ?
oleh duka lara yang Dia tabur sendiri dengan tangan Nya

Masihkan Dia akan menyakitiku pada detik aku akan berjumpa dengan Nya ?

Tetanggaku Bertanya Kepadaku




Tetanggaku bertanya kepadaku,
"Besok hari raya ! Baju apa yang akan engkau pakai ?"
"Baju pemberian Nya, yang disulam dengan air mata", jawabku


Di dunia puspa ragam ini, ya Allah ........
seluruh nafas telah kupintal dengan nama Mu
karena sejak semula aku sadar bahwa aku butuh tempat bersandar

Namun jika kelak aku datang kehadapan Mu
bersama para hamba Mu yang lebih salih daripadaku
masihkah Engkau akan ingat kepadaku ?

Seikat Rumput Tumbuh Atas Tanahku














Di tubuh ini hidup hanya tergetar oleh Mu
bersama jiwaku yang letih menanggung beban,
rasa penat aku sandarkan pada kehendak Mu
Dan kelak bila seikat rumput tumbuh atas tanahku
Setiap belati akan gemetar oleh cintaku pada Mu



Aku tahu
Setiap detik bibir para abid bergema menyebut nama Mu 

Namun Engkau Tahu ... O, Tuhanku ...
Beribu pujian yang mereka sampaikan
Terlingkup dalam satu bendera cintaku kepada Mu

Kubawa Letih Tubuh dan Hati Ketengah Lautan



Jika Engkau ijinkan
Akan aku penuhi langit dan bumi dengan rintihan

Kulepas air bah dengan air mataku
Agar setiap orang membuat perahu

Apakah hanya Nuh .....
yang Engkau perintahkan membuat bahtera
demi menghindari bencana ?


Lantas bagaimana denganku, ya Allah ?
Apakah Engkau tak sudi memberi meski hanya sebidang sampan ?
Agar bisa kubawa letih tubuh dan hati ini ketengah lautan

Minggu, 20 September 2009

Narsis



Engkaukah yang memuji tanah disela geriung topan ?
Engkau berkaca di semesta alam
lantas bergumam
tentang diri Mu sendiri ...


Pada wujud yang tak abadi Engkau lahirkan beribu manifestasi ..
mereka terpesona saling memandang
tetapi yang Kau puji
hanyalah diri Mu sendiri



Engkau menatap dengan matahari dan bulan ..
hingga keberadaan seluruhnya tersingkapkan
tetapi yang sesungguhnya berdandan
hanyalah diri Mu sendiri


Begitu permainan di mulai
sejak awal Kau ciptakan alam
Engkau titahkan Iblis mematuhi Adam
Padahal yang disujudi
adalah diri Mu sendiri

Lantas dunia Engkau penuhi dengan tawa dan airmata
agar Engkau dapat menorehkan
tinta di lauh Mu yang azali
padahal yang berperan
adalah rencana Mu sendiri

Insomnia





Yang datang tadi malam adalah angin
duduk simpuh didepanku sambil menunjuk malam
"Seharusnya engkau lena di tilam hangat peraduan !"
katanya di malam buta
selendang rembulan itu, ya Tuhan ....
telah menegurku hampir berbisik haru






Maaf, jasad masih kubawa temani jiwa !
jawabku
Lantas ia berdiri,
berputar menyucikan bumi
yang aku tempati untuk ruku' dan bertasbih


Yang datang setelah angin adalah mimpi
mematung di depan pintu sambil menunjuk pagi
"Seharusnya aku berjumpa dengan jiwamu !" sindirnya
"Bukan jasad yang sepanjang malam menanti matahari !"


Lantas dibalutnya mataku dengan embun
dari bunga warna-warni
yang tak tidur di malam hari


Engkau Berdiri Tepat Di Depan Matahari




Sudah beribu masa
engkau berhenti tepat di depan matahari
Segala luka pedihkan jiwa
telah engkau bakar sendiri
Engkau kecewa
dengan duniamu yang tak mampu memberi hati




Tetapi kumohon saat ini saja
engkau memaklumi bahwa
tanah dan lempung memang tak punya nurani
maka jangan pernah kau harap puja
dari lidah manusia yang dipenuhi caci maki


Berdirilah engkau, O sahabat sejati
dengan dua telapak kakimu di bumi
ingat ....
kelopak mawar yang tak sudi mekar diatas tangkainya sendiri
tak akan pernah disinggahi oleh tetes embun pagi
tak juga kan nikmati kilau cah'ya matahari

Antara Kita




Yang tersulam antara kita
hanyalah sebait kisah
dirangkai masa demi masa.
Bagai sebiji kerang yang lusuh
didalamnya tersimpan mutiara




Jika hati hanya bertanya kepada mata,
bisakah kau lihat hembusan pawana ?
yang bertiup kehatimu seperti damai dihatiku

Sahabat !
Yang tersimpan rapat di dalam jiwa kita,
tak 'kan bisa terurai oleh duka dan air mata
Dan ia ......
lebih berharga dari beribu pesta bulan purnama

Matipun Tidak Aku Tangisi


Karena hidup tak pernah aku pinta
Matipun tidak aku tangisi

Biar kudekap sisa waktu dengan tertawa
Meski sendiri aku disini


Karena cinta tak pernah aku harap
Rindupun aku tak ingin bersua
Biar pucat bibirku letih meratap
Kubawa serta airmata di jiwa

Pantun Cinta Jenaka


Kucing kurus mandi di papan
Mandi di papan si kayu jati
Badan kurus bukan tak makan
Sedih pikirkan si Jantung hati


Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan kebaya
Apa guna beristri cantik
Kalo hatinya bercabang dua


Tanjung mayang airnya biru
Tempat anak mencuci muka
Abang sayang hatiku rindu
Konon pula jauh dimata


Buat apa mencari unta
Kalau tidak sampai ke Mekkah
Buat apa bermain cinta
Kalau tidak sampai menikah


Anak ikan dipanggang saja
Mau digulai bumbu yang manis
Anak orang dipandang saja
Biqin merana hati si gadis


Pantun ini hiburan saja
Untuk sekedar pelipur lara
Kalau ada kata yang salah
Mohon maaf berjuta-juta.

Pantun Lebaran VS Liburan


Minta benang dikasih benang
Minta kawat di ujung bambu
Minta senang dikasih senang
Minta maap pertama dulu

--------------------------------------

Seringgit Si Dua Kupang
Tanjung Karang Berair mawar
Maap Kalo Aq Punya utang
Tahun depan Aq bayar, Dech !

--------------------------------------

Beribu-ribu si kayu galah
Warna gelap kayu rampita
Beribu-ribu aq bersalah
Hanya maap yg aq pinta

-----------------------------------------------

Ke Jambi sudah, Ke Sumba sudah
Hutan lebat pohon kelapa
Berjanji sudah bersumpah sudah
Mohon maap kalo terlupa

------------------------------------------

Ratusan pita berwarna jingga
Bawa satu ke ambarawa
Lebaran kita maw kemana ?
Kalau tidak ke calon mertua

------------------------------------------

Setanggi putih kayu cempaka
Warnanya merah si kembang rawa
Sejauh hati masih terbuka
Berikan maap setulus jiwa

-----------------------------------------

Cari hiasan kembang baluran
Pita satin buat rajutan
Mari teman libur lebaran
Kita ke Bonbin sehatkan badan

Sabtu, 12 September 2009

Gurindam Menangis, Haiku Tertawa





Kemana hati mesti disandarkan ?
Bunga kemuning luruh di batu nisan


Hitam kelam wajah rembulan
Sedu sedan tangis gemintang
Dimana dikau kekasih pujaan ?



Mengapa kebenaran sulit ditemukan ?
Matahari belum menjumpai malam


Segalanya tinggal kesepian abadi.
Ruang gemuruh ditinggal pergi
Jasad fanaku t'lah lama mati.


Apa makna tawa dtengah airmata ?
Burung bernyanyi di padang sahara.


Gemerlapan cahya rembulan.
Berkedipan cahya gemintang.
hibur tangisku yang kehilangan.


Makin lama pikiranku makin terasa penat
Selambar daun berlubang di makan ulat


Embun menetes ke bulir padi.
Embun menetes ke ranting mahoni.
Embun menetes dari mata ke pipi.